Senin, 26 Desember 2011

RENUNGAN IBU

Ibu Berbohong Demi Anak Tercinta


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

ini ada sebuah cerita kesaksian seorang anak:
Cerita dimulai ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata: "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata: "Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata: "Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika tes tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi tes. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata: "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tidak ada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata: "Saya tidak butuh cinta" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Bahkan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata: "Saya punya duit" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 ​​dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Meskipun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu Menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata.Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata: "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan: "Terima kasih ibu!"


Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lama kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lama kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu memiliki ribuan alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi ..

Di waktu kita masih memiliki kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Selasa, 20 Desember 2011

Sejarah Perekonomian


MAZHAB NEOKLASIK

  1. Pemikiran Awal Mula adanya Mazhab Neo-Klasik
Kurang lebih pada tahun 1970-an terdapat pergeseran dalam aliran ekonomi, dimana aliran ekonomi yang baru ini menggantikan aliran ekonomi Klasik karena teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari pakar-pakar ekonomi. Baik dari kaum sosialis maupun dari pendukug sistem liberal-kapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung sistem liberal ini kemudian dimasukkan kedalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri sehingga memunculkan aliran baru yang disebut dengan aliran Neo-Klasik.
  1. Pendekatan Marjinal
Beberapa penulis ekonomi menyebut apa yang sudah dilakukan oleh para pakar ekonomi Neoklasik tersebut sebagai marginal revolution, sebab telah ditemukan suatu analisis baru yaitu pendekatan marginal. Analisis Marginal pada intinya pengaplikasian kulkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga dipasar. Sejak terjadinya marginal revolution tersebut pembahasan ekonomi semakin bersifat mikro.
Konsep marginal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria tetapi jika ditelusuri kebelakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen telah lama menggunakan konsep marginal dalam menjelaskan kepuasan atau kaidah (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen faedah tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak. Pernyataan ini kemudian dijadikan semacam dalil , dan lebih dikenal sebagai “ hukum Gossen pertama”. Dalam hukum Gossen kedua menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relative untuk memenuhi bebagai kebutuhan yang relative tak terbatas adanya.
Dengan adanya kendala ini maka kepuasaan maksimum yang bisa diperoleh sesuai dengan keterbatasan sumber daya dan dana tersebut terjadi pada saat faedah marginal sama untuk tiap barang yang dikonsumsi dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis seluruhnya. Pada teori Gossen tersebut tidak mendapat perhatian dari para pakar ekonomi.

  1. Perintis Analisis Marginal
a)      Mazhab Neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
b)      Salah satu pendiri mazhab Neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
c)      Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
3.      Teori Produktivitas Marginal
a)      Dasar pemikiran mazhab Neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama Neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
b)      Pertentangan pemikiran antara para ahli Neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil.
c)      Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
d)     Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
  1. Proses Munculnya Aliran Neo-Klasik
            Aliran Neoklasik secara sederhana dibedakan atas dua generasi ( Deliarnov, 2006 : 55) yaitu :
  1. Generasi Pertama
Pakar-pakar ekonomi Neoklasik generasi pertama banyak memperbaiki teori-teori ekonomi klasik, tetapi mereka pada umumnya masih percaya bahwa di pasar berlaku prinsip pasar persaingan sempurna dan bahwa perekonomian selalu menuju pada keseimbangan.
Kelompok Neoklasik generasi pertama dapat dikelompokan lagi dalam dua kelompok, yaitu :
a)      Kelompok Ekonomi Austria (The Classical Liberal Perspectives)
Kelompok pertama disebut kelompok Ekonomi Austria karena hampir semua pendukungnya seperti Carl Menger, Friedlich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawer yang berasal dari Austria. Pakar-pakar Neoklasik yang tergabung dalam kelompok Ekonomi Austria ini sangat berjasa mengembangkan teknik-teknik matematika, terutama kalkulus. Dari tangan merekalah lahir konsep-konsep seperti marginal utility, marginal revenue, the law of diminishing return, dan sebagianya yang sarat dengan hitungan-hitungan matematis. Sejak munculnya teori “marginal revolution” yang dikembangkan oleh pakar-pakar Neoklasik dari mazhab Austria tersebut, pembahasan ekonomi lebih bersifat mikro. Karena ilmu ekonomi di tangan pakar-pakar Neoklasik mengalami perkembangan yang pesat melebihi perkembangan legislasi, hal ini memaksa diceraikannya politik dari ilmu yang semula disebut ekonomi politik.
b)     Kelompok Ekonomi Cambridge
Karena para pendirinya seperti Alfred Marshall (1842-1924) dan pendukungnya kebanyakan berasal dari Universitas of Cambridge. Marshall mengajar ekonomi politik di Bristol tahun 1882 dan menjadi ketua jurusan ekonomi politik di Cambridge tahun 1885-1908.
Mengapa ilmu ekonomi berkembang lebih pesat dibanding ilmu-ilmu sosial lain? Menurut Marshall dalam Principles of Economics (1920) : “The advantage which economic has to over other branches of sosial science appears then to arise from the fact that its special field of work gives rather large opportunities for exact methods then any other branch”.
Walaupun Marshall memiliki peran besar dalam perkembangan ilmu ekonomi, pendekatan yang digunakan Marshall sedikit berbeda dari pendekatan pakar-pakar ekonomi lain. Perbedaan yang mencolok antara Marshall dengan ekonom-ekonom lain dari mazhab Austria yang pada umunya ”tegar” ialah Marshall lebih memperhatikan nasib kaum papa. Bagi Marshall, ilmu ekonomi politik adalah sarana untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan bahkan juga sebagai motor untuk mengungkap kebenaran (an engine for the discovery of truth) dengan mengatasu kemiskinan dan kemelaratan.
  1. Generasi Kedua
Pada tahun 30-an, muncul pakar-pakar Ekonomi Neoklasik generasi kedua, diantaranya Piero Srafa, Joan Violet Robinson, dan Edward Chamberlin. Kalau pakar-pakar ekonomi klasik mengasumsikan pasar persaingan sempurna, pakar-pakar ekonomi Neoklasik generasi kedua justru mengasumsikan pasar persaingan tidak sempurna, bisa berbentuk kompetisi, monopoli, oligopoly, atau monopoli. Ketidaksempurnaan pasar timbul karena asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna seperti banyak pembeli dan penjual, produk homogen, perusahaan bebas keluar masuk pasar, informasi sempurna, dan sebagainya terlanggar. Kalau ada asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna yang terlanggar, berarti pasar tidak lagi beroperasi dalam pasar persaingan sempurna, melainkan dalam pasar persaingan tidak sempurna.
Perbedaan dalam cara pandang tentang pasar inilah yang menyebabkan ekonomi Neoklasik dengan ekonomi klasik. Dalam model pasar persaingan sempurna, jumlah pembeli dan penjual banyak, dan masing-masing pelaku ekonomi, baik konsumen maupun produsen atau perusahaan tidak mempunyai daya untuk mempengaruhi harga-harga yang terbentuk di pasar. Namun, dalam pasar persaingan tidak sempurna, jumlah penjual terbatas. Apalagi dalam pasar monopoli, hanya terdapat satu perusahaan yang menguasai seluruh permintaan konsumen. Makin sedikit jumlah perusahaan, makin tinggi kapasitas untuk memperoleh keuntungan ekonomi dengan mempengaruhi harga-harga dan output di pasar.
Jadi, walau banyak faktor yang menyebabkan pasar tidak bisa menjalankan fungsinya dengan sempurna, para pemikir Neoklasik lebih banyak membahas persoalan eksternalitas, barang publik, dan pasar persaingan tidak sempurna secara umum. Soal perlunya campur tangan untuk mengatasi masalah-masalah sosial lain seperti pemberantasan kemiskinan, redistribusi pendapatan, mengatasi kesenjangan sosial, memajukan pendidikan, serta memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat dan sejenisnya sama sekali tidak dibahas.
Untuk menghadapi masalah eksternalitas, proses politik dapat digunakan dalam mengoreksi defisiensi pasar dengan mengupayakan agar biaya-biaya dan penerimaan privat (private costs and revenues) mendekati biaya-biaya dan penerimaan sosial (sosial costs and revenues). Cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah, antara lain melarang aktivitas yang menimbulkan eksternalitas itu sendiri, atau menetapkan pajak (untuk aktivitas yang menimbulkan eksternalitas negatif), memberikan subsidi (bagi aktivitas yang memberikan dampak positif), dan penggunaan hak kepemilikan.

  1. Perburuan Rente oleh Pengusaha dan Penguasa
Laba adalah salah satu bentuk kekuasaan. Untuk memperoleh laba dan sekaligus kekusaan yang lebih tinggi, kalau perlu perusahaan berusaha mempengaruhi para pengambil keputusan demi menciptakan halangan masuk pasar (barriers to entry). Halangan masuk pasar bisa tercipta karena alasan skala ekonomi, atau dengan mendekati para pengambil keputusan untuk memberikan subsidi, lisensi atau menetapkan bea masuk yang tinggi bagi pesaing luar negeri. Selain itu, pengusaha bisa mendesak pemerintah meregulasi industri demi kepentingan usaha mereka (Deliarnov, 2006 : 57).

  1. Perspektif Ekonomi Politik Neoklasik
Para ekonom yang hanya paham tentang hukum-hukum pasar tidak bisa memperbaiki keadaan, sebab mereka tidak memiliki peralatan yang cukup untuk memecahkan masalah–masalah yang berada di luar institusi pasar. Karena asumsi dasar ekonomi politik Klasik bahwa semua penyelenggara termotivasi untuk menciptakan kesejahteraan negara yang berdasarkan konsep benign and welfare maximizing state sudah ditinggalkan, berarti diperlukan alternatif lain untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Dalam konteks inilah, ekonomi politik Neoklasik muncul (Deliarnov, 2006 : 61).

  1. Kaitan antara Aliran Neo-Klasik dengan Perkembangan Ekonomi
Aliran Neo-Klasik mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Pembicaraan mengenai tingkat bunga itu akhirnya sampai pada masalah akumulasi kapital. Pada bidang inilah kaum Neo-Klasik banyak menyumbangkan pendapatnya terhadap teori perkembangan.
Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut (Irawan dan Suparmoko, 1974 : 50) :
·         Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi
·         Perkembangan itu merupakan proses yang graduil
·         Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif
·         Aliran Neo-Klasik merasa optimis terhadap perkembangan
·         Adanya aspek internasional dalam perkembangan.
  1. Akumulasi Kapital
Menurut Neo-Klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat bunga tabungan. Pada suatu tingkat tertentu, tingkat bunga juga menentukan tingginya tingkat investasi. Kalau tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi dan sebaliknya.
Mengenai pembentukan kapital yang ini dianggap penting untuk adanya perkembangan, adalah sebagai berikut :
Misalnya kesempatan untuk investasi bertambah katakanlah karena ada kemajuan teknologi. Tambahnya permintaan untuk investasi akan menyebabkan tingkat bunga itu naik selanjutnya akan menaikkan jumlah tabungan. Dengan adanya kenaikan investasi, harga-harga barang kapital juga akan naik. Selanjutnya karena kenaikan-kenaikan tingkat bunga dan harga-harga kapital. Maka investasi selanjutnya terbatas pada proyek-proyek yang dapat memberikan keuntungan yang terbesar.
Bila proyek-proyek tersebut telah terlaksana maka permintaan terhadap investasi berkurang sehingga tingkat bunga dan harga barang-barang kapital turun kembali. Setelah itu maka proyek-proyek yang kurang menguntungkan menjadi menguntungkan lagi dan seterusnya. Akhirnya tingkat bunga sudah menjadi begitu rendahnya, sehingga tidak ada lagi orang yang mau menabung.
Pada tingkat perkembangan itu akumulasi kapital berakhir dan perekonomian mengalami suatu keadaan yang statis. Dengan tidak adanya akumulasi kapital berarti tidak ada perkembangan. Agar supaya tidak mengalami keadaan yang statis tersebut, maka full employment harus selalu dijaga selama dalam proses akumuasi kapital. Pemerintah harus mengadakan proyek-proyek pekerjaan umum (public works).
Kemajuan teknologi juga merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. Yang dimaksud dengan perubahan teknologi menurut Neo-Klasik terutama adalah penemuan-penemuan baru yang mengurangkan penggunaan tenaga buruh atau relative lebih bersifat “labor saving” daripada “capital saving”. Jadi kemajuan-kemajuan teknik akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital, maksudnya kemajuan tenik terutama labor saving atau dengan kata lain capital deepening yaitu akumulasi kapital lebih besar perbandingannya dengan pertambahan penggunaan buruh. Ini dibedakan dengan kapital widening dimana akumulasi kapital adalah sebanding dengan jumlah kenaikan penggunaan tenaga kerja.

  1. Perkembangan sebagai proses yang graduil
Perkembangan itu sebagai proses yang graduil dan terus-menerus. Mengenai hal ini tokoh Neo-Klasik yaitu Alfred Marshall yang menganggap bahwa perekonomian sebagai suatu kehidupan organic yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan merupakan proses yang graduil.
Kemudian bagaimana dengan adanya inovasi teknologi (technological innovation) yang hebat pada abad ke 18 dan 19. Apakah hal itu juga dianggap sebagai proses yang graduil?
Dikatakan oleh Marshall bahwa dengan tidak mengurangi pentingnya penemuan-penemuan itu, bahwa baik investasi maupun penggunaan teknik-teknik baru itu juga merupakan proses yang graduil dan terus-menerus. Apa yang nampak secara tiba-tiba yaitu perubahan-perubahan dalam teknik produksi secara radikal dan mendadak itu, sebenarnya adalah hasil dari usaha-usaha para penemu yang sebelumnya. Teknik yang baru itu sendiri merupakan satu mata rantai atau rentetan-rentetan dari penemuan-penemuan yang lain (Irawan dan Suparmoko, 1974 : 52).
  1. Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif
Maksudnya ialah bahwa proses ini meliputi bertbagai faktor dimana faktor-faktor itu tumbuh bersama-sama. Misalnya bila ada teknik produksi baru yang akan menaikkan produksi total atau akan menaikkan pendapatan total. Untuk menambah produksi tersebut dibutuhkan buruh yang banyak dan lebih pandai, sehingga ada kenaikan permintaan terhadap buruh.
Marshall menggambarkan pula harmonisnya perkembangan itu karena adanya internal economis dan external economies timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efisiensi dari pengusaha itu sendiri ; sedangkan external economies tergantung pada perkembangan industri-industri pada umumnya yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan antar industri itu sendiri.
Internal economies merupakan hasil dari adanya mesin-mesin yang lebih baru dan spesialisasi yang lebih jauh, pasar yang lebih luas, management yang lebih baik dan sebagainya sehingga ada kenaikan produksi.
External economies timbul karena kenaikan produksi pada umunya ada hubungannya dengan perkembangan pengetahuan dan kebudayaan yang mana yang terakhir itu tergantung pula pada volume produksi pada umumnya.
Juga external economies ini meliputi timbulnya industri-industri cabang yang saling membantu satu sama lain dan demi kelancaran produksi, lalu timbul fasilitas-fasilitas transport dan perhubungan yang modern. Jadi Marshall menekankan pada adanya sifat saling ketergantungan dan komplementer dari perekonomian. Keadaan itu akan meningkatkan keuntungan industri-industri tersebut dan akan mendorong sektor yang lain lagi untuk ikut berkembang pula (Agustino, Leo, 2002 : 74).
Mengenai kumulatifnya perkembangan ekonomi, dikatakan oleh Allen Joung bahwa berkembangnya industri itu tergantung pada baiknya pembagian kerja diantara para buruh. Pembagian kerja itu tergantung pada luasnya pasar dan sebaliknya luasnya pasar itu tergantung pada pembagian kerja yang ada dan seterusnya bersifat kumulatif.
Bila terdapat ekpansi disatu sektor maka akan cenderung mendorong adanya ekspansi dilain sektor. Bila pasar dari hasil produksi itu berkembang, maka ini akan spesialisasi yang lebih baik lagi.
Perkembangan tersebut akan menarik pengusaha-pengusaha untuk mendirikan pabrik-pabrik atau kegiatan industri. Pasaran menjadi semakin luas dan para pengusaha menekan biaya dengan sistim-sistimnya yang lebih baik yang mana mendorong perkembangan lebih jauh lagi.
Perkembangan memerlukan keakhlian, daerah-daerah baru lagi penduduk dan juga akumulasi kapital. Perkembangan itu berlangsung terus selama masih dapat diketemukan sumber-sumber alam baru dan atau lebih banyak.
Tidak ada satu faktor yang berdiri sendiri, melainkan masing-masing bergantung satu sama lain. Kemajuan pengetahuan merupakan akibat dan juga sebab dari perkembangan industri.

  1. Bapak Ekonomi Neo-Klasik
  1. Alfred Marshall (1842-1924)
Alfred Marshall adalah figur yang dominan dalam perekonomian Inggris (dan juga dalam perekonomian dunia) semenjak tahun 1890-an hingga kematiannya pada tahun 1924. Spesialisasi Marshall adalah mikroekonomi-studi mengenai industri dan pasar secara individual dan bukan secara agregat. Bukunya yang paling penting adalah Principles of Economics. Dalam buku ini Marshall menekankan bahwa harga dan output barang ditentukan baik permintaan maupun penawaran : bentuk kurvanya seperti pisau yang berpotongan di titik ekuilibrium. Pada ekonom modern yang berusaha untuk memahami mengapa harga barang berubah masih memulainya dengan mencari faktor-faktor yang kemungkinan telah merubah permintaan atau penawaran. Dan mereka berutang pada Marshall yang telah menemukan pendekatan ini (Deliarnov, 2006 : 71).
Selain itu, Marshall harus dipuji untuk konsep elastisitas permintaan atas harganya, yang mengukur sensitivitas pembeli terhadap harga. Marshall juga merancang konsep asli dari surplus konsumen, surplus nilai atau utilitas yang dinikmati oleh konsumen. Yang merupakan selisih antara nilai yang diperoleh konsumen dari setiap unit yang ia beli dengan harga yang ia bayarkan untuk unit-unit tersebut. Dan Marshall juga memperkenalkan konsep surplus produsen jumlah yang sesungguhnya dibayarkan pada produsen minus jumlah yang produsen mau diterima. Marshall menggunakan konsep-konsep ini untuk mengukur perubahan kesejahteraan akibat kebijakan pemerintah seperti pajak. Meskipun metode pengukuran tersebut saat ini telah berubah, pendekatan dasar Marshall untuk konsep yang sekarang disebut ekonomi kesejahteraan tetap bertahan.   
  1. Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neo-Klasik
·         Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
·         Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
·         Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
·         Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
·         Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2002. Ekonomi Politik Pembangunan. Bandung : Dialog Press
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga
Irawan dan Suparmoko. 1974. Ekonomi Pembangunan (Jilid I). Yogyakarta : Liberty
Effendi, Amir. 2009. “Aliran Neo-Klasik” (online), (http ://www.neraca.ilmu-Amir.com, diakses 1 Januari 2011